Demikian kata Mario Teguh dalam The Golden Way. Di sini ada dua kata yang perlu kita soroti, yaitu “berbeda” dan “takut dosa.”
Berbeda. Mengapa jadi pemuda harus berbeda? Karena pemuda yang homogen alias sama semua, membuat orang lain susah membedakan. Dengan perbedaan, kita menjadi mudah dikenali. Coba lihat jumlah manusia di permukaan bumi ini, milyaran coy! Trus, gimana caranya agar kita terlihat di tengah lautan manusia itu? Tampillah beda.
Ketika pemuda lain banyak menghabiskan masa mudanya dengan hura-hura, ambillah jalan beda. Manfaatkan masa mudamu dengan sesuatu yang berguna, bukan cuma di dunia tapi juga sebagai bekal di akhirat kelak.
Ketika pemuda lain memilih jalan pacaran karena memang hormon masa muda yang bergejolak ketika berhadapan dengan lawan jenis, kamu tak mau ikut-ikutan. Kamu jauh lebih memilih jalan pernikahan yang suci menjaga harga diri dan penuh tanggung jawab. Bilapun bila mampu menikah, maka berpuasa dan menundukkan hawa nafsu jauh lebih terpuji daripada mengumbarnya dengan jalan pacaran yang penuh berisi baku syahwat saja.
Ketika pemuda umumnya sibuk melamar sana-sini untuk menjadi pegawai atau buruh pabrik, kamu sebaliknya. Karunia akal yang diberikan Allah, kamu manfaatkan semaksimal mungkin untuk tidak hanya membuka lapangan kerja bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain. Kamu menjadi boss bagi diri kamu sendiri. Tak ada yang bisa memerintah kamu ataupun mendikte jam kerja kamu. Kamulah yang pegang kontrol terhadap kesuksesan ataupun kegagalan kamu sendiri.
...Pemuda umumnya masih ragu dan gamang dalam melangkah. Tapi kamu telah mempunyai arah yang jelas dan tujuan pasti akan ke mana langkah kaki mengarah...
Pemuda umumnya masih ragu dan gamang dalam melangkah. Tapi kamu telah mempunyai arah yang jelas dan tujuan pasti akan ke mana langkah kaki mengarah. Kamu sudah paham sekali akan tujuan dan makna hidup sehingga hal inilah yang mendorong potensimu untuk dimaksimalkan. Kamu tahu bahwa semua perbuatan di dunia ini akan ada pertanggungjawaban kelak di akhirat sehingga tak ada yang namanya coba-coba dalam kemaksiatan.
Uniknya, keberbedaan kamu dibandingkan dengan pemuda lain tidak membuatmu lalai. Ada sebuah rambu-rambu khusus yang tidak boleh dilanggar yaitu batas antara pahala dan dosa. Biar saja yang lain mentertawakan kamu akan kehati-hatian dalam hal ini, yang penting penjagaan diri agar jangan sampai tergelincir ke lembah dosa tetap kamu pegang erat.
Begitu pun setiap mendengar suara azan berkumandang, kamu menjadi salah satu umat Muhammad yang meramaikan masjid. Biarlah pemuda lain sibuk berkutat dengan tumpukan kerjaan dunia, namun kamu lebih memilih sibuk mendatangi jamaah shalat di masjid yang sangat disunahkan bagi muslim laki-laki. Dan bila kamu perempuan, shalat di rumah lebih afdhal karena dikelilingi oleh sanak-saudara dan teman-teman muslimah lainnya.
Kamu tak takut terlihat berbeda karena mayoritas jamaah shalat di masjid terdiri dari para orang tua yang pensiun dan berniat taubat. Kamu berdiri ramah di tengah-tengah para lansia yang mungkin saja memandangmu dengan tatapan heran. Hari gini ada pemuda yang shalat 5 waktu rutin di masjid berjamaah? Eits…jangan berbangga diri dulu karena nanti bisa terperosok ke dalam sikap riya’ alias suka pamer. Bersihkan hatimu bahwa kedatanganmu ke masjid karena Allah semata bukan karena sekadar ingin beda.
Uniknya, keberbedaan kamu dibandingkan dengan pemuda lain tidak membuatmu lalai. Ada sebuah rambu-rambu khusus yang tidak boleh dilanggar yaitu batas antara pahala dan dosa. Biar saja yang lain mentertawakan kamu akan kehati-hatian dalam hal ini, yang penting penjagaan diri agar jangan sampai tergelincir ke lembah dosa tetap kamu pegang erat.
Begitu pun setiap mendengar suara azan berkumandang, kamu menjadi salah satu umat Muhammad yang meramaikan masjid. Biarlah pemuda lain sibuk berkutat dengan tumpukan kerjaan dunia, namun kamu lebih memilih sibuk mendatangi jamaah shalat di masjid yang sangat disunahkan bagi muslim laki-laki. Dan bila kamu perempuan, shalat di rumah lebih afdhal karena dikelilingi oleh sanak-saudara dan teman-teman muslimah lainnya.
Kamu tak takut terlihat berbeda karena mayoritas jamaah shalat di masjid terdiri dari para orang tua yang pensiun dan berniat taubat. Kamu berdiri ramah di tengah-tengah para lansia yang mungkin saja memandangmu dengan tatapan heran. Hari gini ada pemuda yang shalat 5 waktu rutin di masjid berjamaah? Eits…jangan berbangga diri dulu karena nanti bisa terperosok ke dalam sikap riya’ alias suka pamer. Bersihkan hatimu bahwa kedatanganmu ke masjid karena Allah semata bukan karena sekadar ingin beda.
...umur boleh muda tapi wibawa kamu menembus batas hingga ke orang-orang yang berusia lebih tua bahkan yang dituakan...
Bukan hanya rajin ke masjid, sebagai pemuda kamu pun seperti singa yang bukan hanya aumannya saja galak, namun terbukti dalam kiprah nyata. Prestasi belajar dan kerja kamu adalah buktinya. Bukan hanya itu, kepedulian kamu terhadap orang lain dan lingkungan sekitar juga terwujud dalam bentuk amar makruf nahi munkar.
So, umur boleh muda tapi wibawa kamu menembus batas hingga ke orang-orang yang berusia lebih tua bahkan yang dituakan. Bukan untuk sok-sokan semata tapi benar-benar merupakan pancaran dari sikapmu yang dewasa. Pertahankan sikap ini ya, cheers ^_^
[Ria Fariana/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar